Oleh:
Abdul Malik bin Muhammad bin Abdur Rahman Al-Qasim
Kunjungan Istimewa
Perjalanan menuju rumah Rasulullah untuk melihat selok-belok kehidupan dan tata krama pergaulan beliau merupakan perjalanan yang sangat diidamkan setiap orang. Terlebih lagi bila diniatkan untuk menggapai pahala di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sebuah perjalanan yang sarat ibrah dan pelajaran, penuh teladan dan panutan. Iaitu perjalanan melalui kitab-kitab dan riwayat-riwayat dari lisan para sahabat . Sebab, kita tidak dibolehkan melakukan perjalanan ke makam atau rumah beliau atau ke tempat-tempat lainnya selain ke tiga masjid, sebagaimana yang disebutkan Rasulullah dalam hadits:
"Janganlah mengadakan perjalanan (secara khusus) kecuali ke tiga masjid, Masjidil Haram, Masjidku ini (Masjid Nabawi), dan Masjidil Aqsha." (Muttafaq 'alaih) Kita wajib mentaati perintah Rasulullah dengan tidak mengadakan perjalanan secara khusus kecuali ke tiga masjid tersebut. Bukankah Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengatakan:
"Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah." (Al-Hasyr: 7) Kita tidak boleh melakukan kunjungan ke tempat-tempat bersejarah peninggalan Rasulullah , Ibnu Wadhdhah rahimahullah berkata: "Umar radhiyallaahu anhu telah memerintahkan untuk menebang pohon tempat Rasulullah di bai'at, sebab orang-orang banyak mengunjungi pohon tersebut untuk shalat di
Ibnu Taimiyah rahimahullah memberikan komentar mengenai kunjungan ke gua Hira': "Sebelum diangkat menjadi rasul, beliau sering menyendiri untuk beribadah di Sekarang kita akan mengunjungi Kota Al-Madinah An-Nabawiyyah, bangunannya mulai terlihat di hadapan kita. Itulah gunung Uhud, yang dikatakan Rasulullah :
"Gunung ini mencintai kami dan kami pun mencintainya" (Muttafaq 'alaih) Sebelum memasuki kediaman Rasulullah , marilah kita lihat sejenak bentuk bangunannya. Janganlah terperanjat bila kita hanya menyaksikan sebuah bangunan kecil dengan tempat tidur yang sangat sederhana. Sebab Rasulullah adalah seorang yang sangat zuhud terhadap dunia. Beliau tidaklah menolehkan pandangan kepada kemewahan dan gemerlap harta benda dunia. Namun yang menjadi penyejuk mata hati beliau hanyalah ibadah shalat. (Sebagaimana yang disebutkan dalam HR. An-Nasaai) Beliau berkomentar tentang dunia sebagai berikut:
"Apa ertinya dunia bagiku! Kehadiranku di dunia hanyalah bagaikan seorang pengelana yang tengah berjalan di panas terik matahari, lalu berteduh di bawah naungan pohon beberapa saat, kemudian segera meninggalkannya untuk kembali melanjutkan perjalanan." (HR. At-Tirmidzi) Sekarang kita sedang berjalan menuju kediaman beliau seraya mengayunkan langkah di jalan-jalan
Al-Hasan mengisahkan kepada kita: "Aku pernah masuk ke dalam rumah-rumah isteri Rasulullah pada masa khilafah Utsman bin 'Affan radhiallaahu anhu. Langit-langit rumah tersebut dapat aku jangkau dengan tanganku." (Lihat Ath-Thabaqat Al-Kubra karangan Ibnu Sa'ad I/hal 499 & 501, lihat juga kitab As-Sirah An-Nabawiyyah II/hal 274 karangan Ibnu Katsir)
Sungguh kediaman beliau adalah rumah yang sangat sederhana dengan beberapa kamar yang kecil. Akan tetapi penuh dengan cahaya keimanan dan ketaatan, sarat dengan wahyu dan risalah ilahi!
Sumber: Ayid-Manjadda wajada
|
No comments:
Post a Comment